Senin, 09 September 2013

Warga LDII Kecamatan Ketahun ikuti Upacara bendera 17 Agustus 2013

Ketahun 17 Agustus 2013,
Warga LDII kec. ketahun mengikuti Upacara bendera yang dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola kecamatan ketahun, sebagai Pembina Upacara di pimpin langsung oleh Camat Kec. ketahun. diikuti lebih dari 1000 warga ketahun.

Selasa, 03 September 2013

SEJARAH LDII

Cikal bakal organisasi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) didirikan pada tanggal 3 Januari 1972 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama Yayasan Karyawan Islam (YAKARI)



Pada musyawarah besar [MUBES] YAKARI tahun 1981, nama YAKARI diganti menjadi Lembaga Karyawan Islam [LEMKARI].



Pada musyawarah besar [MUBES] LEMKARI tahun 1990, sesuai dengan arahan Jenderal Rudini sebagai Menteri Dalam Negeri [Mendagri] waktu itu, nama LEMKARI yang sama dengan akronim Lembaga Karate-Do Indonesia, diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia

SEJARAH LDII

Cikal bakal organisasi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) didirikan pada tanggal 3 Januari 1972 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama Yayasan Karyawan Islam (YAKARI)



Pada musyawarah besar [MUBES] YAKARI tahun 1981, nama YAKARI diganti menjadi Lembaga Karyawan Islam [LEMKARI].



Pada musyawarah besar [MUBES] LEMKARI tahun 1990, sesuai dengan arahan Jenderal Rudini sebagai Menteri Dalam Negeri [Mendagri] waktu itu, nama LEMKARI yang sama dengan akronim Lembaga Karate-Do Indonesia, diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia

Sahnya LDII

Surat pernyataan syahnya LDII dari Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia sebagai salah satu Ormas Islam di Indonesia.
 Sumber : www.ldii.or.id

Kamis, 11 April 2013

Lebih baik Menyalakan Lilin dari pada memaki dalam kegelapan

Jakarta : Prasetyo Soenaryo dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dan sebagai direktur CICS (Centre for information and Culture Studies)  di Jakarta, Selasa 30/10 dalam rangka rencana seminar pentingnya parenting bagi tumbuh kembang anak, ketika di tanya pandangannya mengenai pencabutan beberapa mata pelajaran di SD, sangat setuju.

"Menurut pandangan saya, pencabutan mata pelajaran IPA dan IPS untuk Sekolah Dasar  adalah sudah tepat. Karena untuk murid SD, yang di perlukan penekanan pada afeksi dan motorik, tidak perlu 'cognitif heavy'," Ujar Pras. Yang juga sebagai Staf Ahli  Komisi IV DPR RI.

Ia mencontohkan di Jepang, Mahasiswa/i Jepang saat ini  banyak dapat uang, karena bekerja part timer, mengisi lapangan kerja yang ditinggalkan oleh Ibu-ibu karena lebih mementingkan hak putra/i yang usia dibawah usia 10an tahun untuk melakukan ikuji (tumbuh kembang masa emas pertumbuhan otak anak) Pentingnya Parenting.

Ikuji adalah bahasa Jepang, berarti masa paling penting bagi ibu menumbuh kembangkan secara intensif-konsisten kemampuan otak anak khususnya pada 3 tahun pertama

"Di Jepang ketika ada UU Hak Anak, maka otomatis itu menjadi Kewajiban Orang Tua, jadi ndak berhenti cuma bicara 'hak saja', demikian ada hak maka ada implikasi kewajiban.. Ini yg ndak muncul di Indonesia... ,"ujar Pras

Seminar yang akan diikuti oleh para ibu-ibu Da'I dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) se Jakarta dalam rangka memeringati sumpah pemuda, dengan thema, pentingnya Peran Parenting bagi tumbuh kembang pemuda.

Bangun Malam ( sebuah Nasehat )

Apa kabar Saudaraku?”

Sapaan lembut. Basa-basi atau lahir- batin tak ada yang tahu. Sebab sudah jamak ketika perjumpaan atau dua orang saling bertemu, hal kedua setelah salam tentu menanyakan kabar. Tapi dengan pertanyaan berikut ini, saya jadi tertegun. Antara malu dan menipu.

“Bagaimana keadaan sholat malammu?”

Kata – kata teduh dari pribadi yang sepuh. Jarang mendapatkan pertanyaan seperti ini ketika perjumpaan. Paling banyak setelah kabar, biasanya menanyakan pekerjaan, kemudian keluarga, lalu anak, terus istri dan kadang masalah tempat tinggal.  Begitu perhatiannya sesepuh ini sehingga menanyakan kabar sholat malam. Tak aneh, seolah-olah mimpi. Menjawabnya pun susah. Mau terus – terang tersipu. Mau berbasa – basi (baca bohong) gak terus-terang berani. Salting (salah tingkah) jadinya. Dan bahasa tubuh itu tertangkap basah dengan kearifan sesepuh ini, hingga ia tak perlu menunggu lama untuk terus melanjutkan wicara mencairkan suasana. Tak baik membuat susah tamu.

“Terus apa yang diandalkan dalam hidup ini?”

Semakin tersudut. Semakin terpojok dalam himpitan kesungguhan. Semua keakuan luruh. Menepi menuju jurang jatuh jati diri masing – masing. Sunyi yang menemani, menambah nuansa kekalahan hari ini. Tak ada rasa yang tersisa. Apalagi kebanggaan. Dan apa yang telah dilakukan selama ini bukanlah sesuatu yang bisa diandalkan. Serasa sia – sia semua. Aku terpaku.

“Tak usah segan. Saya perlu bicara ini kepada siapa saja. Mungkin karena kegalauan yang menghinggapi, melihat situasi yang ada. Perlu rasanya menghidupkan lagi lakon yang sudah mati ini sebagai kunci. Bukan menyerang. Bukan menghina. Pun bukan mengiba. Sebenarnya memberi motivasi. Memberi terapi. Kejutan, agar sunnah ini bisa hidup dan hidup lagi. ”
Aku semakin tidak mengerti. Di depannya serasa mati berdiri. Cahaya wajahnya meneduhkan. Sorot matanya penuh keagungan. Tutur katanya menyejukkan. Penuh berisi. Mencuci hati – hati kotor dengan rangkaian kalimat hikmah dari dua bibir lembutnya. Omong sak omong bergandeng dengan kesungguhan dan kebenaran. Sejatinya, sudah berulang kali saya mendengar dalil – dalil serupa. Namun di tangan sesepuh ini semua terasa berbeda. Begitu beryoni dan berisi.  Ini salah satunya;

‘Ketika Jibril datang pada Rosululloh SAW ia berkata, “Hai Muhammad, kemuliaan orang beriman adalah sholat malamnya. Dan kegagahan orang beriman adalah sikap mandiri dari bantuan orang lain.” (HR. Al-Hakim, dihasankan oleh Al Albani, Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 831)’

“Apa yang bisa saya katakan sekarang, kalau ternyata banyak jumlah orang iman tetapi tidak banyak yang mampu bangun malam. Sholat malam menjadi hal yang asing. Padahal seharusnya bangun malam adalah gandengannya orang iman. Orang yang mulia.”

Klakep. Ada dorongan luar biasa dalam diri ini. Tekad yang kuat untuk bisa bangun dan sholat malam. Rawe – rawe rantas, malang – malang putung. Apapun kondisinya. Ada pencerahan luar biasa dalam hati saya. Semangat untuk bisa bangun dan munajad di sepertiga malam tanpa jeda. Sebagai tanda kesyukuran. Sebagai tanda kesungguhan. Sebagai pencarian kemuliaan bagi pakaian keimanan. Kalau masih mengaku iman sebagai berjati diri.

“Wahai manusia siarkanlah salam dan berikanlah makanan dan sambunglah famili dan sholatlah di waktu malam ketika manusia yang lain tertidur, kalian akan masuk ke surga dengan selamat.” (Rowahu Ibnu Majah J-2)

Dan satu lagi pesan dari perjumpaan itu. Potret kekinian yang terus merebak. Dengan santunnya pinisepuh ini berkomentar, “Dulu setiap kali ngaji serasa melakukan outbond. Sekarang, banyak yang baru bisa merasakan “pengajian” setelah mengadakan acara outbond.” Kok bisa ya? Entah darimana kesimpulan ini datang. Yang pasti saya manggut – manggut mengiyakan. Wallahul musta’an, wa alaikal balagh, walaa haula walaa quwwata illaa billaah. (pf)
Oleh : Faizunal Abdillah
http://www.ldii.or.id/in/n/1039-bangun-malam-11.html

Selasa, 09 April 2013

MUI kalimantan selatan Kunjungi Ponpes Wali Barokah


Sebagai wujud meningkatkan Silaturrahim antara LDII dengan MUI, khususnya di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, pada 23-25 Februari 2013 yang lalu jajaran Pengurus MUI Provinsi Kalimantan Selatan dengan didampingi Pengurus DPW LDII Provinsi Kalimantan Selatan mengunjungi Pondok Pesantren Wali Barokah di Kediri, Jawa Timur.  Silaturrahim ini merupakan realisasi dari gagasan Ketua MUI Kabupaten Tanah Laut, KH Yusran Seman yang disampaikan saat Pengajian Generus LDII pada bulan November 2012 di Tanah Laut.